Bioteknologi
adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri,
fungi,
virus,
dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim,
alkohol)
dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini,
perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi
semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia,
komputer,
biologi molekular,
mikrobiologi, genetika,
kimia,
matematika, dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai
cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi memiliki beberapa jenis atau cabang ilmu
yang beberapa diantaranya diasosikan dengan warna, yaitu:
- Bioteknologi merah (red biotechnology) adalah cabang ilmu bioteknologi yang mempelajari aplikasi bioeknologi di bidang medis.
- Bioteknologi putih/abu-abu (white/gray biotechnology) adalah bioteknologi yang diaplikasikan dalam industri seperti pengembangan dan produksi senyawa baru serta pembuatan sumber energi terbaru, seperti di bidang mikrobiologi, contohnya yang melibatkan khamir.
- Bioteknologi biru (blue biotechnology) disebut juga bioteknologi akuatik/perairan yang mengendalikan proses-proses yang terjadi di lingkungan akuatik.
- Bioteknologi hijau (green biotechnology) mempelajari aplikasi bioteknologi di bidang pertanian dan peternakan. Di bidang pertanian, bioteknotogi telah berperan dalam menghasilkan tanaman tahan hama, bahan pangan dengan kandungan gizi lebih tinggi dan tanaman yang menghasilkan obat atau senyawa yang bermanfaat.
Bioteknologi pertanian termasuk ke dalam jenis
bioteknologi hijau. Produk-produk bioteknologi pertanian di Indonesia
berdasarkan gradien bioteknologi antara lain : (1) bahan tanam unggul, (2)
biofertilizer, (3) biodecomposer, dan (4) biocontrol.
1. Bahan Tanaman Unggul
Bahan tanam dapat ditingkatkan kualitasnya
melalui pendekatan bioteknologi. Peningkatan kualitas bahan tanam berdasarkan
pada empat kategori peningkatan, yaitu peningkatan kualitas pangan, resistensi
terhadap hama atau penyakit, toleransi terhadap cekaman lingkungan, dan
manajemen budidaya (Huttner, 2003). Produk bahan tanam unggul yang saat ini
telah berhasil dipasarkan antara lain adalah bibit kultur jaringan, misalnya:
bibit jati dan bibit tanaman hortikultura. Namun, bahan tanam unggul yang
dihasilkan dari rekayasa genetika yang dilakukan oleh peneliti di Indonesia
sampai saat ini belum ada yang dikomersialkan. Produk-produk bahan tanam
rekayasa genetika yang ada di pasaran Indonesia umumnya merupakan produk dari
negera lain, sebagai contoh : Jagung Bt dan Kapas Bt yang dipasarkan oleh
Monsanto. Kultur jaringan merupakan tingkatan umum penguasaan bioteknologi di
Indonesia. Bagaimanapun juga, produksi bibit kelapa kopyor telah berhasil di
komersialkan melalui teknik transfer embrio (Paten ID 0 001 957).
Tanaman Transgenik
Tanaman Transgenik adalah tanaman yang di dalamnya mengandung gen hasil
transformasi. Gen yang ditransformasikan tersebut bisa berasal dari spesies
yang sama atau spesies yang berbeda, bahkan bisa berasal dari organisme yang
berbeda. Istilah lain untuk organisme transgenik adalah Genetically
Modified Organism (GMO). Khusus untuk tanaman yaitu Genetically
Modified Plants atau Genetically Engineered Plants.
Pada umumnya tanaman transgenik dibuat di suatu laboratorium dengan
teknik DNA rekombinan. Teknik DNA rekombinan yang dimaksud tidak lain merupakan
teknik kloning itu sendiri dengan beberapa tahapan yang rapi mulai dari kloning
gen yang inginkan, transformasi ke tanaman tujuan, uji ketahanan terhadap
antibiotik (skrining), sampai pada uji ekspresi gen, dan pada akhirnya uji
lapang.
Salah satu contoh tanaman transgenik adalah padi emas, dimana
didalamnya terdapat tiga macam gen yang ditransformasikan.
Proses Pembuatan Tanaman
Transgenik
Gen yang telah diidentikfikasi diisolasi dan
kemudian dimasukkan ke dalam sel tanaman. Melalui
suatu sistem tertentu, sel tanaman yang membawa gen tersebut dapat
dipisahkan dari sel tanaman yang tidak membawa gen.
Tanaman pembawa gen ini kemudian ditumbuhkan
secara normal. Tanaman inilah yang disebut sebagai tanaman transgenik
karena ada gen asing yang telah dipindahkan dari
makhluk hidup lain ke tanaman tersebut (Muladno, 2002).
Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan
cara disisipi satu atau sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu - disebut transgene
- bisa diisolasi dari tanaman tidak sekerabat atau spesies yang lain sama
sekali. Transgenik per definisi adalah the use of gene manipulation to
permanently modify the cell or germ cells of organism (BPPT,2000). Karena
berisi transgene tadi, tanaman itu disebut genetically modified crops
(GM crops). Atau, organisme yang mengalami rekayasa genetika (genetically
modified organisms, GMOs). Transgene umumnya diambil dari
organisme yang memiliki sifat unggul tertentu. Misal, pada proses membuat
jagung Bt tahan hama, pakar bioteknologi memanfaatkan gen bakteri tanah Bacillus
thuringiensis (Bt) penghasil racun yang mematikan bagi hama tertentu.
Gen Bt ini disisipkan ke rangkaian gen tanaman jagung. Sel yang telah disisipi
gen tersebut kemudian dikulturkan, dan mengalami regenerasi menjadi tanaman
transgenik yang mewarisi sifat toksis bagi hama. Ulat atau hama penggerek
jagung Bt akan mati (Intisari, 2003).
Pro Tanaman
Transgenik
Ilmuwan protanaman GM bersikukuh, racun Bt cuma
membunuh ulat tertentu, dan tidak mampu membunuh hewan lain maupun manusia yang
mengkonsumsi jagung Bt. Tidak perlu mengkhawatirkan nasib serangga berguna,
predator pemangsa ulat, burung atau hewan ternak pemakan daun jagung Bt. Tidak
berpengaruh buruk terhadap flora dan fauna dalam tanah dan sekitarnya.
Kelompok pro-GM bersikeras, tanaman GM dan produk
olahannya aman dan menguntungkan dan patut dimasyarakatkan produk
transgenik tersebut. Pertengahan 1990-an, pelaku agribisnis mulai mempromosikan
benih tanaman GM yang diklaim mengurangi pemakaian pestisida dan ramah
lingkungan, seperti : jagung Bt, kapas Bt, dan kedelai Bt, kanola yang
tahan hama dan toleran herbisida. Tanaman GM tahan hama, memiliki
keuntungan ganda. Karena dengan disisipi gen bakteri tanah Bt, sel tanaman akan
menghasilkan crystalline (Cry) protein yang bersifat toksik terhadap
hama serangga tertentu. Terutama ulat bulu dan hama penggerek yang menggerogoti
tanaman Bt, tapi tidak berbahaya bagi organisme lain.
Tanaman transgenik mulai ditanam secara komersial di
Cina, lewat jenis tembakau, tahun 1992. Pada 1994 tomat lambat matang (awet
segar) Flavr Savr menjadi produk GM pertama yang ditanam untuk dipasarkan
di AS. Sejak itu, areal berbagai jenis tanaman GM melonjak. Tahun 2000,
melonjak sampai 11% (setara 4,3 juta ha), dan areal tanaman GM seluruhnya 44,2
juta ha (Scientific American, April 2001). Dari total 44,2 juta
ha, 33,5 juta ha ada di negara industri, dan 10,7 juta ha di negara berkembang.
AS sebagai negara produsen tanaman GM terbesar (68% dari total areal GM dunia),
terdiri atas tanaman kedelai, jagung, kapas, dan kanola transgenik. Argentina
(23%, meliputi kedelai, jagung, dan kapas transgenik), Kanada (7%, kedelai,
jagung, dan kanola transgenik), Cina (1%, tanaman kapas transgenik). Negara
lainnya (1%), meliputi Afrika Selatan (jagung dan kapas GM), Australia (kapas
GM), Rumania (kedelai dan kentang GM), Meksiko (kapas GM), Bulgaria (jagung
GM), Spanyol (jagung GM), Jerman (jagung GM), Prancis (jagung GM), Uruguai
(kedelai GM). Sementara di negara Asia belum tercatat. Dewasa ini ada
lebih dari ratusan produk bioteknologi modern, dan lebih dari seratus produk
pertanian pangan telah dipasarkan (US FDA, Center for Food Safety and Appiled
Nutrition, CFS-AN handout: 1995 dalam Berita Bumi, Desember 2000).
Petani pun tinggal pilih, mau varietas yang toleran herbisida, tahan hama, atau
yang tahan penyakit.
Jumlah tanaman transgenik diprediksi meningkat cepat
dalam beberapa tahun terakhir ini. Jenis yang banyak diperkenalkan
mulanya jagung, kedelai, kapas, dan kentang, kemudian disusul tanaman buah,
sayuran, dan pakan ternak. Kentang Bt NewLeaf dari Monsanto diperkenalkan tahun
1996, dirancang tahan hama penggerek kentang (colorado potato beetle,
CPB). Varietas kentang tahan virus dirilis tahun 1998, yang disisipi Bt tahan potato
leafroll virus dan potato virus Y (mosaic). Varietas
tanaman pakan ternak alfalfa Bt ditanam secara terbatas tahun 1997, dirancang
tahan potato leafhopper. Varietas labu tahan cucumber mosaic virus,
zucchini yellow virus, dan water melon mosaic virus, ditanam tahun
1997 dan 1998. Kanola Liberty (glufosinate) Link yang terdaftar di Kanada,
muncul pertama kali di AS tahun 1998 - 1999, diikuti padi (2000) dan gula bit
(2001). Sebagian dari tanaman yang direkayasa tahan herbisida (glyphosate) -
gandum, gula bit, selada dan kentang - mulai tersedia tahun 2000. Tanaman
rekayasa yang ditanam ditahun 2000 didominan oleh
kedelai, jagung, kapas, dan kanola GM. Areal tanamnya mencapai 16% dari 271
juta ha areal tanaman empat komoditas itu (GM dan konvensional). Luas areal
tanaman jagung keseluruhan 140 juta ha (7%-nya jagung GM), kedelai 72 juta ha
(36% kedelai GM), kapas 34 juta ha (16% kapas GM), dan kanola 25 juta ha (11%
kanola GM). Tahun 2000, area tanam seluruh dunia untuk varietas transgenik naik
11% dibandingkan dengan area tanam 1999. Area kedelai 58% dari total area
GM (26,64 juta ha), jagung 23% (10,27 juta ha), kapas 12% (5,3 juta ha), dan
kanola 6% (2,65 juta ha). Keempat tanaman GM itu toleran herbisida (74%), tahan
hama (19%), atau kombinasi keduanya (7%) (Berita Bumi, Desember
2000),.
Di Indonesia, meski tidak tercatat sebagai produsen
tanaman GM, kenyataannya beberapa jenis komoditas transgenik sudah tumbuh di
Tanah Air. Sejak diterbitkan SK Mentan (No. 856/Kpts/HK330/9/1997), menurut
Hari Hartiko (2000), di Indonesia sudah ditanam 10 tanaman transgenik,
antara lain jagung (4 jenis), kacang tanah, kapas (2 macam), kakao, kedelai,
padi, tebu, tembakau, ubi jalar, dan kentang. Uji coba lapangan tanaman
transgenik di Indonesia terkesan ditutup-tutupi. Buktinya, sedikit pihak yang
mengetahui bahwa PT Monagro Kimia (anak perusahaan Monsanto) sudah melakukan
uji coba lapangan untuk jagung Bt di Jombang, Malang, dan Sulawesi Selatan (Berita
Bumi, Oktober 1999). Bahkan, pihak Litbang Deptan mengakui, saat ini ada 20
lokasi uji coba tanaman transgenik tersebar di Indonesia. Ada kapas Bt, jagung
Bt, kapas, jagung, dan kedelai tahan herbisida. Sejauh ini pengujian tanaman
transgenik oleh Deptan masih terbatas pada pengamatan secara fisik.
Selain keempat komoditas utama (jagung, kedelai, kapas, dan kanola), di dunia
ini sudah beredar tanaman transgenik lain, meski masih relatif sedikit
jumlahnya , seperti: kentang, labu, pepaya, melon, tomat, dan tanaman
yang direkayasa agar tahan virus, awet segar, dan bernilai gizi tinggi.
Belum lagi produk rekayasa gen yang kini baru
diciptakan atau masih diteliti di berbagai lab dengan macam-macam target
pula. Misal, baru-baru ini di Hawaii berhasil diciptakan varietas pepaya
transgenik UH Rainbow tahan terhadap virus ringspot. Di AS diteliti
tomat transgenik dengan target memperbaiki kadar nutrisi dan menunda kematangan
tomat (supaya tak cepat membusuk). Untuk kanola penghasil oilseed,
penelitian terfokus pada perbaikan mutu nutrisi kanola dengan mempertinggi
kadar vitamin E atau memodifikasi keseimbangan asam lemak. Sementara
peneliti Swiss dan Jerman, seperti diungkap dalam postnet.com,
merekayasa beras penghasil betakaroten, pro-vitamin A. Caranya, dengan
menyisipkan dua gen dari jenis bunga bakung dan satu gen dari spesies bakteri
ke tanaman padi. Untuk meningkatkan kadar zat besi, ditambahkan gen tanaman
buncis. Percobaan "golden rice" ini masih terus berjalan dan
akan berlangsung hingga 2003. Sementara itu IRRI telah melakukan uji lapangan
perdana bagi tanaman GM tahan penyakit karena bakteri. Tidak ketinggalan,
pisang direkayasa untuk menghasilkan vaksin yang dapat dimakan untuk melawan
penyakit infeksi.
Baru-baru ini dilakukan evaluasi terhadap produk
pisang transegenik berisi virus non-aktif (dilemahkan) penyebab kolera,
hepatitis B, dan diare (colostate.edu). Sayuran yang ditingkatkan
nilainya meliputi tomat GM yang dikembangkan Zeneca dan Petoseed sebagai tomat
berdaging tebal. Peneliti di Rutgers University melakukan uji tanam terung Bt
tahan CPB (colorado potato beetle). Di Indonesia pun penelitian
dan pengembangan tanaman transgenik masih dilakukan, terutama di tingkat
litbang seperti : Deptan, Batan, LIPI, dan BPPT, Balitbio, Balitsa.
Komoditasnya meliputi produk dari luar negeri dan produk dalam negeri. Pihak
lainnya yang ikut meramaikan rekayasa genetik di bidang pertanian
di Indonesia seperti: Monsanto, Novartis, ABSP, ACIAR,
ISAA, P3GI, UPBP, Indah Kiat dan IPB (Mardiana, 2002).
Kontra
Tanaman Transgenik
Ilmuwan Swiss menyimpulkan, tanaman jagung Bt
merugikan serangga bermanfaat dan racun Bt terakumulasi dalam tanah sehingga
merugikan ekosistem tanah. Juga penanaman secara luas varietas Bt mempercepat
terjadi evolusi resisten racun Bt pada hama serangga. Sekali hama menjadi
resisten terhadap racun Bt, akan sulit mengefektifkan pengendalian hama secara
hayati. Kalau itu terjadi serentak dan meluas, betapa "evolusi hijau"
kedua akan terjadi. Tatanan ekosistem dan kelestarian hayati pun akan terganggu.
Menurut Hari Hartiko (dalam Berita Bumi, Juni
2000), pelepasan atau pemanfaatan jenis asing (tanaman rekayasa genetika) di
alam terbuka sukar ditangani karena ada kemungkinan penyebaran gen asing (gen
yang disisipkan ke dalam tanaman GM) berpindah ke tanaman sekerabat yang liar
atau mengubah tatanan spesifik atau sifat unggul tanaman GM itu sendiri.
Seperti pada kasus serbuk sari kanola (Brassica napus) penghasil minyak
nabati, yang membuahi kerabatnya dan kerabat jauhnya. Di samping ada
kemungkinan produk GM dapat mengganggu kesehatan manusia dan ternak.
Perpindahan gen dapat juga terjadi pada uji lapangan, meski di lokasi yang
sangat terisolasi untuk mencegah terjadi penyerbukan silang. Karena di alam
banyak faktor yang berpengaruh, seperti angin, kupu-kupu, kumbang, tawon, dan
burung. Tidak ada jaminan serbuk sari tidak berpindah ke kerabat tanaman itu
atau gulma sehingga menjadi lebih kuat karena resisten terhadap hama. Jika
kerabat dekat tanaman Bt berupa gulma, bisa-bisa menjadi resisten dan sukar
dikendalikan. Terjadinya penyerbukan silang yang akan memindahkan gen-gen
asing ke tanaman lain (gulma), bisa memunculkan gulma super yang resisten hama
penyakit dan herbisida. Gen-gen pengendali hama yang menyebar ke tanaman liar
itu akan melenyapkan secara besar-besaran spesies serangga dan hewan.
Persilangan antara tanaman transgenik dengan tanaman
liar sangat mungkin terjadi, seperti dilaporkan Rissler dan Mellon, yaitu
antara Brassica napa transgenik dengan kerabat liarnya Brassica
campestris, Hirscheldia incana, dan Raphanus raphanistrum
(Mae-Wan Ho, 1997). Kekhawatiran terhadap produk GM memunculkan
"Surat Terbuka Ilmuwan Dunia kepada Seluruh Pemerintah Dunia". Surat
tertanggal 21 Oktober 1999 itu ditandatangani 136 ilmuwan dari 27 negara.
Isinya, antara lain meminta penghentian segera seluruh pelepasan tanaman
rekayasa genetika (Genetically Modified Crops) dan juga produk rekayasa
gen (Genetically Modified Products). Alasannya, tanaman GM tidak
memberikan keuntungan. Hasil panennya secara signifikan rendah dan butuh lebih
banyak herbisida. Makin memperkuat monopoli perusahan atas bahan pangan dan
memiskinkan petani kecil. Mencegah perubahan mendasar pada upaya pertanian
berkelanjutan yang dapat menjamin keamanan pangan dan kesehatan dunia.
Selain itu juga berbahaya terhadap keanekaragaman hayati dan kesehatan manusia
dan hewan.
Penyebaran horizontal gen penanda (marker genes)
yang tahan antibiotika dalam tanaman transgenik dapat mempersulit pengobatan
penyakit menular yang mengancam kehidupan, dan penyakit itu kemudian akan
meledak dan menyebar ke seluruh dunia. Temuan terbaru menunjukkan,
penyebaran horizontal gen penanda dan DNA transgenik lainnya dapat terjadi, tak
hanya melalui sistem pencernaan, melainkan juga lewat saluran pernapasan karena
mengirup serbuk sari atau debu. Cauliflower mosaic viral promoter yang
banyak digunakan dalam tanaman transgenik dapat meningkatkan transfer gen
secara horisontal dan berpotensi menghasilkan virus baru yang menyebarkan
penyakit baru (Berita Bumi, Oktober 1999).
Kedelai impor dari AS 50% produknya merupakan produk
transgenik. Bila berdampak buruk pada lingkungan, ekosistem, kesehatan
manusia dan hewan, dibandingkah keuntungannya, perlu kehati-hatan sebelum
menerima dan menyebarluaskannya.
Secara garis besar, yang dikhawatirkan
dari tanaman transgenik adalah:
1. Terjadinya
silang luar
2. Adanya efek
kompensasi
3. Munculnya
hama target yang tahan terhadap insektisida
4. Munculnya efek
samping terhadap hama non target (Muladno, 2002).
Kebijakan
yang Diambil
Kontroversial penggunaan suatu produk teknologi
maju termasuk bioteknologi harus dapat diatas secara
bijaksana. Salah satunya dengan pembuatan suatu produk hukum yang
bersifat legal. Indonesia terkesan lambat dalam membuat
Undang-undang Keamanan hayati. Pemerintah dapat menerima masukan
sebanyak-banyakanya dari masyarakat, kemudian dibuat suatu pedoman standar yang
mengikat dan mempunyai kekuatan hukum tetap dari tanaman transgenik
dan produk olahannya (Mardiana, 2000).
Selain itu, informasi mengenai konstruksi
dan evaluasi tanaman transgenik dan produk olahannya
dipandang perlu. Seperti disarankan oleh YLKI dan Konphalindo
yang mendesak pemerintah guna mengambil langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Mengadakan moratorium atas
impor, penjualan dan pelepasan makanan dan produk transgenik
hingga ada peraturan yang jelas dan ada bukti keamanannya.
2. Menyusun Undang-undang keamanan
hayati dan pangan
3. Meratifikasi protokol
Cartagena (MENGENAI KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN
HAYATI), menyusun peraturan pelaksanaannya dengan menggunakan
protokol tersebut sebagai standar minimum.
4. Mengadakan dailog
vertikal dan horizontal untuk mengambil keputusan tentang arah kebijakan
pengawasan riset, uji coba, pelepasan, penggunaan dan monitoring produk
transgenik.
5. Memberlakukan sistem label
6. Menyusun data base produk dan uji
coba produk transgenik yang ada di Indonesia dan
menyebarkan informasi tersebut ke publik (Mardiana, 2000).
2. Biofertilizer
Produk biofertilizer merupakan salah satu
produk bioteknologi yang banyak beredar di pasaran Indonesia. Produk-produk
tersebut sebagian dikembangkan oleh peneliti di Indonesia maupun di impor dari
negara lain. Salah satu produk biofertilizer bernama Emas ( Enhancing
Microbial Activity in the Soils ) telah dirakit oleh BPBPI (Paten ID 0 000
206 S), dilisensi oleh PT Bio Industri Nusantara dan digunakan di berbagai
perusahaan perkebunan (BUMN dan BUMS) (Goenadi, 1998). Produk biofertilizer
lain yang dikembangkan oleh peneliti di Indonesia antara lain: Rhizoplus ,
Rhiphosant , Bio P Z 2000, dan lain-lain. Produk sejenis
biofertilizer/ bioconditioner dari luar negeri misalnya: Organic
Soil Treatment (OST).
3. Biodecomposer
Produk-produk biodecomposer juga banyak beredar
di pasaran Indonesia. Biodecomposer dipergunakan untuk mempercepat proses
penguraian limbah-limbah organik segar pertanian menjadi kompos yang siap
diaplikasikan ke dalam tanah. Contoh produk-produk biodecomposer antara lain: Orgadec
(BPBPI), SuperDec (BPBPI), Degra Simba (ITB), Starbio
, EM4 , dan lain sebagainya. Produk-produk baru terus bermunculan
sejalan dengan kebutuhan untuk mengatasi masalah limbah padat organik.
4. Biokontrol
Mikroba juga telah dimanfaatkan untuk
mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Aplikasi mikroba untuk biokontrol hama
dan penyakit tanaman meliputi mikroba liar yang telah diseleksi maupun mikroba
yang telah mengalami rekayasa genetika. Contoh mikroba yang telah banyak
dimanfaatkan untuk biokontrol adalah Beauveria bassiana untuk
mengendalikan serangga, Metarhizium anisopliae untuk mengendalikan
hama boktor tebu ( Dorysthenes sp) dan boktor sengon ( Xyxtrocera
festiva ), dan Trichoderma harzianum untuk mengendalikan penyakit
tular tanah ( Gonoderma sp, Jamur Akar Putih, dan Phytopthora sp).
Produk-produk biokontrol yang telah dikomersialisasikan oleh unit kerja lingkup
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) antara lain : Meteor, Greemi-G,
Triko SP, NirAma , dan Marfu . Keuntungan pemanfaatan biokontrol
untuk pertanian antara lain adalah ramah lingkungan, dan mengurangi konsumsi
pestisida yang tidak ramah lingkungan.
Mikroba juga dimanfaatkan dalam proses
pembuatan pupuk anorganik. Peneliti di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan
Indonesia (BPBPI) mengembangkan teknologi pembuatan pupuk superfosfat yang
disebut dengan Bio-SP dengan menggunakan bantuan mikroba pelarut
fosfat. Kualitas dari Bio-SP menyamai kualitas pupuk superfosfat
konvensional (SP 36). Keunggulan dari teknologi ini adalah penggunaan agensia
hayati untuk mengurangi konsumsi asam anorganik dan lebih aman lingkungan serta
mampu mengurangi biaya produksi.
5.
Biostarter
Pengertian bio starter
Biostarter
merupakan cairan yang berfungsi membantu mempercepat proses fermentasi kotoran
hewan dan sampah organik. Sangat efektif digunakan, tidak memerlukan pengadukan
berulang-ulang, hasil lebih cepat dan maksimal , hanya memerlukan waktu 7
sd 14 hari proses, dilengkapi dengan zat aktifator yang dapat menambah kandungan
pada fermentasi pupuk kandang.
Biostarter
adalah cairan yang berisi mikroba pengurai sampah menjadi kompos. Selain dapat
dibeli, biostarter juga dapat dibuat sendiri dengan cara yang mudah dan murah.
Sangat
hemat karena 500ml Bio starter untuk fermentasi 3 ton kotoran kandang dan
sampah organik.
Cara membuat bio starter :
Bahan
dasarnya adalah irisan pisang atau kulit pisang (2 genggam), irisan nanas atau
kulit nanas (2 genggam), irisan bawang merah (5 siung), irisan tempe (2
genggam), dan gula pasir.
1.
Bahan diiris dan dipisahkan masing-masing.
2.
Buat 4 gelas larutan gula, masing-masing 1 gelas air dicampur dengan 1 sendok
the peres gula pasir. Air yang
digunakan adalah air dari sumur (bukan PAM), yang telah direbus dan
didinginkan.
3.
Masukan gula dalam 4 botol.
- Botol pertama diisi irisan kulit pisang/pisang
- Botol kedua diisi irisan nanas/kulit nanas
- Botol ketiga diisi irisan bawang merah
- Botol keempat diisi irisan tempe
- Botol pertama diisi irisan kulit pisang/pisang
- Botol kedua diisi irisan nanas/kulit nanas
- Botol ketiga diisi irisan bawang merah
- Botol keempat diisi irisan tempe
4.
Botol ditutup jangan terlalu rapat, agar udara tetap masuk ke botol.
5.
Letakkan botol di tempat teduh tidak terkena sinar matahari dan hujan secara
langsung.
6.
Diamkan selama 2 hari (2x24 jam)
7.
Pisahkan antara air dan ampas dengan cara disaring
8.
Air dari saringan keempat botol tersebut dicampur menjadi satu dan dimasukkan
ke dalam botol kemudian disimpan di tempat teduh (tidak terkena sinar matahari
dan hujan secara langsung). Botol ditutup.
9.
Cairan ini berfungsi sebagai starter, dan dapat disimpan sampai waktu sekitar 3
bulan.
10.
Cara penggunaan: biostarter dicampur dengan air sumur dengan perbandingan 1
bagian biostarter dicampur dengan 10 bagian air.
11.
Biostarter siap digunakan dengan cara menyemprotkan dengan sprayer.
Problem dan Solusinya
- Kompos bau(busuk) dan banyak lalat.
Hal
ini disebabkan kompos terlalu basah atau tidak cukup udara. Untuk mengatasinya
tambahkan 2 atau 3 genggam penuh kapur. Aduk kompos agar mendapatkan udara.
-
Kompos menjadi sarang tikus, kecoa, semut, dan belatung.
Untuk
mengatasi masalah ini, tampahkan kapur dan aduk sampah untuk mengusir semut dan
kecoa, kemudian tutup komposter. Jangan membuang susu, tulang, daging, dan
makanan hasil laut terlalu banyak ke dalam komposter. Bisa juga dengan
mengoleskan detergen pada bibir komposter.
Keunggulan bio starter
:
·
Waktu fermentasi lebih
cepat (7 sd. 15 hari)
·
Tidak perlu pengadukan
berulang-ulang.
·
Lebih lengkap dan
sempurna kandungan unsur hara.
KESIMPULAN
Bioteknologi
dibidang pertanian telah banyak dilakukan. Tujuannya terutama untuk
meningkatkan hasil dan kualitas makanan. Disamping tujuan itu,juga untuk
menghasilkan tanaman transgenik yang bermanfaat sebagai obat.
Produk-produk bioteknologi
pertanian di Indonesia berdasarkan gradien bioteknologi antara lain :
(1)
bahan tanam unggul,
(2)
biofertilizer,
(3)
biodecomposer,
(4)
biocontrol.
(5)
biostarter
Dalam
teknologi DNA rekombinan, sel menerima vektor yang mengandung DNA asing yang
mengkodekan protein tertentu. Sel kemudian merekam dan menerjemahkan gen asing
tersebut. Perubahan genetik dari gamet atau yang telah dibuahi menghasilkan
organisme transgenik. Misalnya gen yang menghasilkan racun terhadap serangga
diisolasi dari sumbernya. Contoh Bacillus
thuringiensis.